Berita

Menu

Like Please

Kamis, 16 Mei 2013

Tentang Suriname_Amerika Selatan - ( Lanjutan )


 

Mayoritas penduduk di Suriname adalah Suku Jawa. Adanya orang Jawa di Suriname ini tak dapat dilepaskan dari adanya perkebunan-perkebunan yang dibuka di sana. Karena tak diperbolehkannya perbudakan di sana, dan orang-orang keturunan Afrika dibebaskan dari perbudakan. Di akhir 1800-an Belanda mulai mendatangkan para kuli kontrak asal Jawa, India dan Tiongkok. Orang Jawa awalnya ditempatkan di Suriname tahun 1880-an dan dipekerjakan di perkebunan gula dan kayu yang banyak di daerah Suriname.




Orang Jawa tiba di Suriname dengan banyak cara, namun banyak yang dipaksa atau diculik dari desa-desa. Tak hanya orang Jawa yang dibawa, namun juga ada orang-orang Madura, Sunda, Batak, dan daerah lain yang keturunannya menjadi orang Jawa semua di sana.


Orang Jawa menyebar di Suriname, sehingga ada desa bernama Tamanredjo dan Tamansari. Ada pula yang berkumpul di Mariënburg. Orang Jawa Suriname sesungguhnya tetap ada kerabat di Tanah Jawa walau hidupnya jauh terpisah samudra, itu sebabnya bahasa Jawa tetap lestari di daerah Suriname. Mengetahui Indonesia sudah ‘merdeka’, banyak orang Jawa yang berpunya kembali ke Indonesia. Kemudian, di tahun 1975 saat Suriname merdeka dari Belanda, orang-orang yang termasuk orang Jawa diberi pilihan, tetap di Suriname atau ikut pindah ke Belanda. Banyak orang Jawa akhirnya pindah ke Belanda, dan lainnya tetap di Suriname. Rata-rata orang Jawa Suriname beragama Islam, walau ada sedikit yang beragama lain.


Yang unik dari orang Jawa Suriname ini, dilarang menikah dengan anak cucu orang sekapal atau satu kerabat. Jadi orang sekapal yang dibawa ke Suriname itu sudah dianggap bersaudara dan anak cucunya dilarang saling menikah.


Orang Jawa Suriname berjumlah sampai 15% penduduk Suriname.


Bicara tentang Suriname, tak lepas dari budaya Jawa yang hingga kini masih tetap ada disana. Suriname dulunya merupakan bekas negara jajahan Belanda di Amerika Selatan, saat itu pula banyak orang-orang dari Indonesia, terutama Jawa, yang dikirim oleh Belanda ke Suriname sebagai budak. Suriname merdeka pada tahun 1975, banyak orang Jawa yang kembali ke Indonesia, namun ada pula yang memilih untuk menetap disana. Mereka-mereka yang menetap disana tetap melestarikan budaya dan bahasa jawa, sehingga disebut Jawa Suriname.



 Bahasa Jawa subur di Suriname

Keberadaan bahasa dan budaya Jawa di Suriname kian menempati arti penting dalam kehidupan masyarakat di sana. Hingga kini, bahasa, adat, dan tata krama ala Jawa masih dijunjung tinggi di negara Eropa itu.



 Wong Njowo nang Suriname






Wayang di Suriname








Telo Bakkeljauw

Salah satu yang menarik adalah masakan khas Suriname. Karena banyaknya populasi orang Jawa di sana, maka kita masih bisa menemukan yang namanya pecel, gado-gado, sate, dan nasi goreng. Dari sekian banyak makanan khas Suriname, ada satu nama makanan yang menarik perhatian saya, namanya Telo Bakkeljauw. , "Telo", atau bahasa Jawa dari ketela. Bahan utama dalam masakan ini adalah ketela (singkong) sebagai pengganti nasi.





Promosi Budaya Indonesia di Suriname

 

Lempuing Jaya, 16 Mei 2013

Bunda Annisa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar