Postingan kali ini merupakan lanjutan dari postingan saya yang lalu, yaitu masih tentang Sumatera Selatan Indonesia, tapi bagian yang ke 2.
Untuk yang ke 2 ini saya lebih memfokuskan pada Lirik Lagu dan Tari Gending Sriwijaya.
Lirik lagunya yaitu :
Lirik Lagu Gending Sriwijaya
Di kala ku merindukan keluhuran dahulu
kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.
^_^
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan
tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending
Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya,
kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya
mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
Tari Gending Sriwijaya
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari
muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang
Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti
yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak.
Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun
saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak
digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri
dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan,
terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup.
Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk
dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang
membawa pridon terbuat
dari kuningan. Persembahan Sekapur
Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan,
atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang
pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
Tari ini
ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala
Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir
sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah
penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya terdiri dari :
* Satu orang penari utama pembawa tepak
(tepak, kapur, sirih).
* Dua orang penari pembawa peridon
(perlengkapan tepak)
* Enam orang penari pendamping (tiga
dikanan dan tiga kiri)
Asal Mula Tarian Gending Sriwijaya
Proses penciptaan tari Gending
Sriwijaya sudah dimulai sejak 1943, yaitu untuk
memenuhi permintaan dari pemerintah
(era pendudukan Jepang), kepada Jawatan
Penerangan (Hodohan) untuk
menciptakan sebuah tarian dan lagu guna
menyambut tamu yang datang
berkunjung ke Keresidenan Palembang (sekarang
Provinsi Sumatra Selatan).
Penata tarinya adalah Tina Haji
Gong dan Sukainah A. Rozak, berbagai konsep telah
dicari dan dikumpulkan dengan
mengambil unsur-unsur tari adat Palembang
yang
sudah ada, dalam upaya menata tari
Gending Sriwijaya ini.
Pakaian dan properti yang digunakan
dalam tari Gending Sriwijaya, disesuaikan
dengan pakaian adat daerah dengan
peralatan yang biasa digunakan pada upacara
penerimaan tamu secara adat, yaitu
dengan penyuguhan Tepak Sirih selengkapnya.
Jumlah penari sebanyak sembilan
orang sebagai simbolisasi dari Batang Hari
Sembilan atau sembilan sungai yang
ada di Sumatra Selatan. Maksudnya, dengan
tari Gending Sriwijaya penyambutan
tamu dimaksud, dilakukan atas nama seluruh
daerah yang ada di wilayah Sumatra
Selatan.
Selain dari kesembilan orang
penari, ada juga pengiring yaitu: seorang penyanyi
yang menyanyikan lagu Gending
Sriwijaya, seorang pembawa payung kebesaran,
dan seorang atau dua orang lainnya
adalah pembawa tombak.
Musik atau lagu pengiring tari
Gending Sriwijaya, dinamai (berjudul) juga lagu
Gending Sriwijaya. Penciptanya
adalah A. Dahlan Muhibat, seorang komposer juga
violis pada group Bangsawan Bintang
Berlian, di Palembang.
Lagu Gending Sriwijaya, diciptakan
dan digarap oleh A. Dahlan Muhibat pada tahun
1943 tepatnya dari bulan Oktober
sampai dengan bulan Desamber. Ketika proses
penciptaannya, pemerintah
menyodorkan usul pada A. Dahlan Muhibat untuk
memasukkan sebuah konsep lagu
Jepang.
Karena, konsep lagu Jepang hanya
berupa usulan maka oleh A. Dahlan Muhibat
dipadukanlah sebuah lagu ciptaannya
pada tahun 1936, yang berjudul “Sriwijaya
Jaya” dengan konsep lagu Jepang
itu, sehingga menjadi lagu Gending Sriwijaya
seperti yang ada sekarang.
Sementara, untuk syair lagu Gending
Sriwijaya, dibuat oleh Nungcik AR. Dan,
dengan selesainya penataan tari dan
penyusunan lagu Gending Sriwijaya tersebut,
maka tuntaslah proses penggarapan
tari dan lagu Gending Sriwijaya, pada tahun
1944.
Seperti yang disebutkan di dalam
deskipsi Tari Gending Sriwijaya, tari Gending
Sriwijaya pertama kali dipentaskan
di muka umum, adalah pada tanggal 2 Agustus
1945, di halaman Mesjid Agung
Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara
penyambutan kedatangan pejabat
zaman Jepang, di Palembang, yakni M. Syafei
dan Djamaluddin Adinegoro.
Sumber: Dari beberapa artikel di
internet
Salam .... Lempuing Jaya, tetap jaya ....