Berita

Menu

Like Please

Jumat, 12 April 2013

Tentang Sumatera Selatan Indonesia (Bagian 2)

Postingan kali ini merupakan lanjutan dari postingan saya yang lalu, yaitu masih tentang Sumatera Selatan Indonesia, tapi bagian yang ke 2.

Untuk yang ke 2 ini saya lebih memfokuskan pada Lirik Lagu dan Tari Gending Sriwijaya. 
Lirik lagunya yaitu :


Lirik Lagu Gending Sriwijaya

 
Di kala ku merindukan keluhuran dahulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala

Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa

Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.


^_^ 



 Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.


Tari Gending Sriwijaya

 

 
 Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang MantripaksangkongDodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

 Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya  terdiri dari :
 *         Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
 *         Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
 *         Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
        

 
Asal Mula Tarian Gending Sriwijaya

 

Proses penciptaan tari Gending Sriwijaya sudah dimulai sejak 1943, yaitu untuk
memenuhi permintaan dari pemerintah (era pendudukan Jepang), kepada Jawatan
Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna
menyambut tamu yang datang berkunjung ke Keresidenan Palembang (sekarang
Provinsi Sumatra Selatan).

Penata tarinya adalah Tina Haji Gong dan Sukainah A. Rozak, berbagai konsep telah
dicari dan dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang
sudah ada, dalam upaya menata tari Gending Sriwijaya ini.

Pakaian dan properti yang digunakan dalam tari Gending Sriwijaya, disesuaikan
dengan pakaian adat daerah dengan peralatan yang biasa digunakan pada upacara
penerimaan tamu secara adat, yaitu dengan penyuguhan Tepak Sirih selengkapnya.
Jumlah penari sebanyak sembilan orang sebagai simbolisasi dari Batang Hari
Sembilan atau sembilan sungai yang ada di Sumatra Selatan. Maksudnya, dengan
tari Gending Sriwijaya penyambutan tamu dimaksud, dilakukan atas nama seluruh
daerah yang ada di wilayah Sumatra Selatan.

Selain dari kesembilan orang penari, ada juga pengiring yaitu: seorang penyanyi
yang menyanyikan lagu Gending Sriwijaya, seorang pembawa payung kebesaran,
dan seorang atau dua orang lainnya adalah pembawa tombak.

Musik atau lagu pengiring tari Gending Sriwijaya, dinamai (berjudul) juga lagu
Gending Sriwijaya. Penciptanya adalah A. Dahlan Muhibat, seorang komposer juga
violis pada group Bangsawan Bintang Berlian, di Palembang.

Lagu Gending Sriwijaya, diciptakan dan digarap oleh A. Dahlan Muhibat pada tahun
1943 tepatnya dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desamber. Ketika proses
penciptaannya, pemerintah menyodorkan usul pada A. Dahlan Muhibat untuk
memasukkan sebuah konsep lagu Jepang.

 
Karena, konsep lagu Jepang hanya berupa usulan maka oleh A. Dahlan Muhibat
dipadukanlah sebuah lagu ciptaannya pada tahun 1936, yang berjudul “Sriwijaya
Jaya” dengan konsep lagu Jepang itu, sehingga menjadi lagu Gending Sriwijaya
seperti yang ada sekarang.

Sementara, untuk syair lagu Gending Sriwijaya, dibuat oleh Nungcik AR. Dan,
dengan selesainya penataan tari dan penyusunan lagu Gending Sriwijaya tersebut,
maka tuntaslah proses penggarapan tari dan lagu Gending Sriwijaya, pada tahun
1944.

Seperti yang disebutkan di dalam deskipsi Tari Gending Sriwijaya, tari Gending
Sriwijaya pertama kali dipentaskan di muka umum, adalah pada tanggal 2 Agustus
1945, di halaman Mesjid Agung Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara
penyambutan kedatangan pejabat zaman Jepang, di Palembang, yakni M. Syafei
dan Djamaluddin Adinegoro.

Sumber: Dari beberapa artikel di internet

Salam .... Lempuing Jaya, tetap jaya ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar