Berita

Menu

Like Please

Minggu, 14 April 2013

Cita (Cerita) Rasa dalam Secangkir Kopi Luwak


Saya baru saja mendapatkan cerita-cerita tentang Kopi Luwak, ingin tahu? ini dia artikelnya.
Simak, ya .... silahkan ....!!!








Gengsi yang begitu tinggi ada pada secangkir kopi luwak. Bagaimana tidak, kopi ini merupakan  kopi termahal di dunia. Ini tak lepas dari proses untuk mendapat biji kopinya yang cukup rumit karena melibatkan hewan Luwak.

Hewan ini biasa mengkonsumsi buah-buahan, salah satunya buah kopi. Luwak memiliki indera penciuman yang peka sehingga ia akan memilih buah kopi yang berkualitas baik dan matang untuk dimakan.
Hal inilah yang menjadi penyebab biji kopi yang terdapat dalam kotoran luwak adalah biji kopi yang berkualitas tinggi. Selain itu, biji kopi ini juga sudah difermentasikan secara alami di dalam perut luwak sehingga menghasilkan aroma dan rasa yang sempurna.

"Awalnya Luwak berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera, namun semakin ke sini luwak banyak ditemukan di daerah lain, misalnya luwak Toraja," ucap Heri Setiadi, seorang ahli kopi yang ditemui VIVAlife di kedai kopi lokal miliknya, Caffe La Tazza di kawasan SCBD.

Menurutnya, karena harga kopi luwak yang dulu pernah melonjak tinggi, banyak luwak-luwak bermunculan di negara lain seperti Filipina, misalnya. Padahal awalnya luwak khas Indonesia. Adi W. Taroepratjeka, seorang konsultan kopi, mengungkap kalau saat ini harga kopi luwak sudah menurun, tak semahal dulu.

"Walaupun tidak drastis, harga kopi luwak sudah jauh dibanding beberapa waktu lalu," ucap Adi, yang juga pemilik Secangkir Kopi, perusahaan konsultan dan pelatihan kopi independen, kepada VIVAlife di Kuningan City.

Beberapa tahun lalu luwak hidup liar. Karena harga kopi luwak dulu terus meningkat, akhirnya luwak dipelihara di penangkaran. Menurut Adi, bagi orang awam membedakan kopi luwak dan kopi biasa yang sudah jadi pun sulit.

Jadi ketika membeli kopi luwak berarti Anda membeli kepercayaan, sedangkan konsumen lebih menginginkan sesuatu yang jelas dan pasti. Belum lagi terdapat kedai kopi yang mengatakan kopi yang mereka jual mengandung 5 persen kopi luwak. Lantas, apakah kopi yang mengandung 5 persen biji kopi luwak bisa disebut kopi luwak?

Pada akhirnya Adi mengungkap kalau kopi luwak memiliki harga yang mahal bukan karena rasanya. Melainkan, karena binatang luwak dan cerita di balik kopi luwak itu sendiri.

"Padahal kalau pun mahal, apakah sudah pasti enak? Belum tentu. Kalaupun menurut Anda tidak enak, apakah Anda akan complain karena kopi yang secangkir berharga seratus ribu rupiah tersebut tidak enak di lidah? Kalaupun iya, apa perbandingan Anda sehingga berani mengatakan kopi luwak tidak enak?," Adi bercerita.

Paling-paling, menurutnya, jika seseorang tidak menyukai rasa kopi luwak hanya akan berdiam diri. Mungkin sambil bertanya-tanya apakah kopi luwak memang tidak enak atau lidah yang tidak bisa menikmatinya. Itu karena asumsi orang adalah kalau harga mahal, pasti rasanya enak.

Senada dengan Adi, Borie Tahir, roastmaster sekaligus owner Jakarta Coffee House mengatakan bahwa luwak memiliki sensor yang dapat memilih kopi yang sudah matang sehingga kopi yang dihasilkan dari biji kopi yang sudah dipilih luwak itu memang enak rasanya.

"Kalau petani kopi cenderung tidak memilih-milih kopi yang akan dipanen karena mereka dituntut untuk menghasilkan uang dari hasil panen tersebut. Jadi petani memanen kopi tanpa memikirkan kualitas kopi yang dipanen, yang penting jumlah panen melimpah," jelasnya saat ditemui VIVAlife di Jakarta Coffee House di kawasan Cipete, Jakarta.

Adi pun berkesimpulan jika manusia memiliki sensor atau keahlian yang sama atau paling tidak mau memilih kopi seperti luwak, pasti kualitas kopi yang dihasilkan bisa jauh lebih tinggi dari kopi luwak. Jadi ternyata mahal dan murahnya kopi luwak ini bukan soal rasa, tapi soal cerita sang luwak. Selamat minum kopi! 

Sumber : http://life.viva.co.id/news/read/405254-cerita-rasa-dalam-secangkir-kopi-luwak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar